BENTURAN
KEPENTINGAN
Benturan
kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris atau pemegang saham utama di
suatu perusahaan. Perusahaan menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus
menghindari investasi, asosiasi atau hubungan lain yang akan mengganggu atau
terlihat dapat mengganggu, dengan penilaian baik mereka berkenaan dengan
kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah situasi konflik dapat timbul manakala
personil mengambil tindakan atau memiliki kepentingan yang dapat menimbulkan
kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya secara objektif dan
efektif. Benturan kepentingan juga muncul apabila seorang karyawan, petugas
atau direktur atau seorang anggota dari keluarganya, menerima tunjangan pribadi
yang tidak layak sebagai akibat dari kedudukannya dalam perusahaan. Apabila situasi
semacam itu muncul, atau apabila individu tidak yakin apakah suatu situasi
merupakan benturan kepentingan, ia harus segera melaporkan hal-hal yang terkait
dengan situasi tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan. Apabila manajemen
senior perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan benturan
kepentingan, mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan tersebut
kepada komite pemeriksa.
ETIKA
DALAM TEMPAT KERJA
Kewajiban
moral utama sebagai pegawai adalah bekerja mencapai tujuan perusahaan dan
menghindari berbagai kegiatan yang akan mengancam tujuan tersebut. Dalam hal
ini, etika bisnis sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang
harmonis dan untuk memberikan citra positif terhadap lingkungan perusahaan. Beberapa
bentuk etika yang harus dilaksanakan dalam tempat kerja diantaranya adalah
menghormati budaya kerja di perusahaan, menghormati senior dan melakukan
sebagaimana mestinya tanpa bersikap berlebihan dan bersikap sopan terhadap
seluruh orang yang ada di dalam perusahaan tersebut.
AKTIFITAS
BISNIS INTERNASIONAL – MASALAH BUDAYA
Bagaimana
cara dan perilaku manusia melakukan sesuatu serta bagaimana suatu kelompok
individu membentuk kebiasaan. Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus
mampu mencetuskan dan menularkan kebiasaan produktif di lingkungan organisasi. Maka
dengan demikian, masalah budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan
dikerjakan sekelompok individu melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku
mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut. Seorang pemimpin memiliki
peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu
yang kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi,
budaya itu adalah tingkah laku yaitu cara individu bertingkah laku dalam mereka
melakukan sesuatu.
AKUNTABILITAS
SOSIAL
Tujuan
Akuntabilitas Sosial, antara lain : 1. Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan
tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan, 2. Untuk mengatur
dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan managerial social accounting, social
auditing, 3. Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar
dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan
keuntungan sosial suatu perusahaan.
MANAJEMEN
KRISIS
Manajemen
krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat
merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi
gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada dan dengan demikian dapat
mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti tsunami, musibah
teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang
mogok kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses
normal bisnis yang telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang
segera (immediate) dari pihak
manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai manajemen krisis (crisis management).
Saat
ini manajemen krisis dinobatkan sebagai new
corporate discipline. Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan
terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah
berjalan normal. Pendekatan yang dikelola dengan baik sebagai respon terhadap
kejadian itu terbukti secara signifikan sangat membantu meyakinkan para
pekerja, pelanggan, mitra, investor dan masyarakat luas akan kemampuan
organisasi melewati masa krisis.
Sumber :
Pengantar
Etika Bisnis, Prof. Dr. Kees Bertens, MSC.