Senin, 20 April 2015

8 - Transaksi Mata Uang

TRANSAKSI MATA UANG

Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing. Berdasarkan konsep mata uang fungsional yaitu mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di wilayah operasional utama perusahaan dan menghasilkan arus kas. Dengan demikian suatu transaksi mata uang asing dapat mendominasi dalan suatu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang lain.
Translasi (translation) adalah proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
3 alasan dilakukannya translasi mata uang :
1.      Mencatat transaksi mata uang asing
2.      Memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang
3.      Berkomunikasi dengan peminat saham asing
FAS No. 52, pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang wajib diterapkan di AS, mengharuskan perlakuan berikut ini untuk translasi mata uang asing :
1.      Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
2.      Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo yang berdominasi dalam suatu mata uang harus selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini. Penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu keuntungan atau kerugian atas transaksi yang terjadi) perlu dibuat pada saat terjadi perubahan kurs nilai tukar diantara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian. Apabila laporan keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi, penyesuaian akuntansi (yaitu keuntungan atau kerugian atas transaksi yang belum diselesaikan) akan sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.
Dalam transaksi mata uang asing terdapat 2 perlakuan akuntansi atau keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat diterapkan yaitu :
1.      Perspektif Transaksi Tunggal
Penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun yang belum diselesaikan) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan peristiwa tunggal.
2.      Perspektif Dua Transaksi
Penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut.
FAS No. 52 mengharuskan penggunaan metode dua transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah selesai dan belum diselesaikan dimasukkan dalam penentuan laba. Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila :
1.      Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu.
2.      Transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi efektif sehingga lindung nilai atas investasi (yaitu lindung nilai terhadap posisi aktiva/kewajiban bersih operasi luar negeri) dan komitmen mata uang asing.

Metode Dalam Translasi Mata Uang Asing
Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan laporan keuangannya dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik. Metode translasi ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
1.      Metode Kurs Tunggal
Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (Seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Metode kurs ini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi risiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuntungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.
2.      Metode Kurs Berganda
Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi. Metode ini terbagi atas 3 metode yaitu :
a.       Metode kini – non kini (lancar – tidak lancar)
Aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata yang berlaku. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh. Metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis..
b.      Metode Moneter – Non Moneter
Menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menetukan kurs klasifikasi translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap investasi jangka panjang dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan konsep kini – non kini.
Metode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi risiko mata uang asing. Metode moneter – non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menetukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini mentranslasikan seluruj aktiva non moneter berdasarkan kurs historis, yang tidak cukup memadai untuk aktiva yang dinyatakan sebesar nilai pasar kininya (seperti investasi dalam surat berharga dan persediaan serta aktiva tetap yang nilainya diturunkan menjadi sebesar nilai pasar). Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi historis.
c.       Metode Temporal
Translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau harga pasar.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs yang terjadi pada saat transaksi berlangsung. Metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode moneter non moneter karena sengaja mengabaikan inflasi lokal, metode ini memiliki keterbatasan dengan metode translasi lain. Akuntansi biaya historis juga mengabaikan inflasi.

Sumber :


Soal Dan Jawaban
1.      Proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain disebut... Jawaban : C
a.       Transaksi
b.      Akuisisi
c.       Translasi
d.      Akuntansi
2.      Pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang wajib diterapkan di AS, mengharuskan perlakuan berikut ini untuk translasi mata uang asing : “Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.” Merupakan pernyataan... Jawaban : B
a.       FAS No. 51
b.      FAS No. 52
c.       FAS No. 53
d.      FAS No. 54
3.      3 alasan dilakukannya translasi mata uang, kecuali... Jawaban : D
a.       Mencatat transaksi mata uang asing
b.      Memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang
c.       Berkomunikasi dengan peminat saham asing
d.      Semua salah
4.      Penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut. Merupakan perspektif? Jawaban : C
a.       Perspektif Transaksi Tunggal
b.      Perspektif Transaksi Akuntansi
c.       Perspektif Dua Transaksi
d.      Perspektif Multi Transaksi
5.      Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Penjelasan tersebut merupakan metode transaksi? Jawaban : A
a.       Metode Kurs Tunggal
b.      Metode Kurs Berganda
c.       Metode Kini – Non Kini
d.      Metode Moneter – Non Moneter




  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar